Skip to content

Pilkada Dilihat dalam Sudut Pandang Sosiologi Komunikasi

December 5, 2012

 

Hakikatnya kegiatan Pilkada sangat berhubungan dengan ilmu sosiologi komunikasi. Karena di dalam Pilkada, terkandung proses interaksi dan persuasi. Dimana kedua hal tersebut dimediasikan melalui komunikasi. Apalagi dalam Pilkada, kental sekali proses interaksi dari berbagai partikel manusia yang memiliki tujuan untuk saling mempengaruhi sehingga menciptakan kesetiaan terhadap sang calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur. Contohnya seperti kampanye; proses interaksi persuasi yang dilakukan melalui berbagai cara. Mulai dari pasang iklan di TV, koran, majalah, media luar ruang ( Spanduk, baliho, dan brosur), hingga souvenir yang berkaitan dengan partai atau calon Gubernur. Jika diambil contoh dari Pilkada DKI 2012, tiap-tiap calon Gubernur memiliki ciri khas yang berbeda baik dari pengalaman, visi-misi, gaya berpakaian dan sebagainya. Baju  kotak-kotak dan kartu sehat digunakan Jokowi-Ahok untuk mempengaruhi masyarakat Jakarta bahwa mereka akan membuat perubahan jika mereka terpilih. Foke-Nara mempengaruhi warganya dengan hasil kerja yang Foke kerjakan pada masa jabatannya sebagai Gubernur. Hingga menggaet para artis Ibukota untuk berkampanye seperti yang dilakukan mayoritas calon Gubernur pun menjadi bukti aktivitas Pilkada tidak lain adalah bentuk nyataa dari sosiologi komunikasi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Pilkada merupakan kegiatan yang sarat akan aktivitas sosiologi komunikasi. Sebagaimana tujuan dari sosiologi komunikasi adalah terjadinya proses mempengaruhi melalui komunikasi yang terjadi pada setiap bidang masyarakat khususnya dalam Pilkada. Dalam sebutan lain, Pilkada adalah salah satu praktik nyata dari sosiologi komunikasi.

  1. B.   Proses Komunikasi yang Terjadi dalam Pilkada DKI 2012

Dalam setiap kehidupan manusia, tidak akan luput dari aktivitas penyampaian keinginan/pesan individu terhadap individu lainnya. Dalam arti lain, yakni komunikasi, merupakan hal yang sangat vital bagi seluruh manusia untuk hidup. Apalagi berhubungan dengan Pilkada, dimana tiap calon yang berada dalam pemilihan tersebut berlomba-lomba meraih simpati sebanyak mungkin, dari masyarakat yang terkait.  Kondisi ini sangat membutuhkan yang namanya komunikasi, lebih spesifik lagi komunikasi persuasi.

Ada beberapa jenis komunikasi yang biasa diterapkan, antara lain;

  1. Komunikasi intra personal : Proses penerimaan pesan dari luar, yang sifatnya sangat pribadi dan pada akhirnya menimbulkan persepsi dari tiap individu. Contoh dalam Pilkada ; Ketika calon kepala mengkampanyekan visi-misi dan segala hal persuasif kepada calon pemilih, disini akan terjadi proses komunikasi intra personal yang dialami oleh kedua pihak. Calon pemilih akan menerima pesan tersebut dan akan menimbulkan persepsi terhadap kampanye yang dilakukan masing-masing calon. Entah persepsi itu akan bersifat mendukung atau tidak, tergantung dari pemikiran calon pemillih. Lain lagi dari pihak calon Gubernur yang berkampanye, mereka akan mempersepsikan feed-back masyarakat terhadap apa yang telah mereka kampayekan.
  2. Komunikasi antar personal : Kegiatan penyampaian pesan atau ide yang dilakukan oleh dua individu atau komunikator dan komunikan.

Contoh dalam Pilkada ; Proses ini dapat terjadi juga pada kedua belah pihak. Misalnya, calon Gubernur sedang berdiskusi dengan calon wakilnya untuk membicarakan kemenangan dalam pilkada. Calon pemilih berdiskusi dengan kawannya, dengan topik tentang menimbang visi-misi dari tiap calon Gubernur.

  1. Komunikasi kelompok          : Komunikasi yang terjadi antara tiga orang atau lebih, dan dalam kegiatan pemyampaian pesan ini semua pihak berinteraksi. Contoh dalam Pilkada : Rapat tertutup antara calon Gubenur dan calon Wakil Gubernur dengan beberapa pihak penting dalam proses Pilkada. Biasanya membicarakan koalisi atau pengajuan kerja sama atau dukungan dan hal-hal yang berkaitan dengan Pilkada.
  2. Komunikasi  organisasi        : Komunikasi yang sifatnya ada dua jenis, komunikasi kebawah , komunikasi keatas dan komunikasi horizontal. Dimana semua ini terjadi dalam konteks organisasi.
  3. Komunikasi antar budaya   : Komunikasi yang terjadi antar dua individu dari berbeda suku, budaya atau ras.
  4. Komunikasi massa                : Komunikasi yang tersebar luas di masyarakat melalui media massa seperti koran, televisi dan sebagainya dimana hal ini diproduksi oleh suatu organisasi media.

Dengan mengetahui berbagai jenis atau bentuk komunikasi di atas. Proses komunikasi yang terjadi dalam Pilkada DKI 2012 dapat dikatakan mengindahkan dua perspektif yang harus diperhatikan dalam proses komunikasi, yakni perspektif kognitif (penggunaan simbol-simbol oleh sender) dan perilaku (feed-back dari receiver). Mengapa demikian? Karena menurut pandangan penulis, tiap-tiap calon berusaha untuk menarik simpati dengan berbagai simbol atau kekhasan dari mereka. Misalnya pasangan Jokowi-Ahok dengan “kemeja kotak-kotak”. Fauzi Bowo-Nara dengan “kumis khas Foke” dan “nomor urut 1” yang diasosiasikan dengan jari telunjuk, Hidayat Nur Wahid dengan “batik monas”.

 Tidak terlepas pencitraan yang mereka tampilkan pada setiap media massa yang mereka gunakan untuk berkampanye. Membuahkan hasil persperktif perilaku, sehingga masyarakat mengenali simbol-simbol berbeda tersebut milik salah satu calon Gubernur dengan kekhasannya masing-masing. Lebih dari pada itu, yang paling berhasil dalam proses komunikasi Pilkada DKI Jakarta 2012 adalah pasangan Jokowi-Ahok. Karena mereka berhasil menarik simpatisan melalui intensitas keduanya dalam wawancara di televisi. Boleh jadi ini termasuk Agenda Setting stasiun televisi dengan Jokowi-Ahok. Melihat lebih sering tersorot di televisi pasangan mereka ini. Namun, dengan semua itu, mereka telah  memenangkan putaran  kedua pemilihan kepala daerah DKI Jakarta 2012. Dan terpilih sebagai pasangan Gubernur periode yang baru.

From → Uncategorized

Leave a Comment

Leave a comment